Artikel Kesehatan

HAKIKAT SEHAT

Ketika kondisi badan kita sehat kita sering lupa bahwa sehat itu adalah sebuah anugerah. Ketika kita sakit, barulah kita merasa ‘menderita’ karena anugerah sehat dicabut sementara. Tak kurang pepatah mengatakan, “Health is not everything, but everything without health is nothing..” (Kesehatan bukanlah segalanya, tetapi segalanya menjadi hampa tiada arti tanpa kesehatan).

Empat belas abad yang lalu, Rasulullah SAW sudah mengingatkan kita, “Optimalkan yang lima sebelum datang yang lima: hidup sebelum maut menjemput, sehat sebelum sakit menggigit, sempat sebelum sempit menghimpit, muda sebelum tua merenta, kaya sebelum papa menyengsara..” Ya, kita sering abai dan terlena saat badan kita masih sehat wal afiat, sehingga banyak perbuatan sia-sia tidak produktif menyita waktu kita.

Saat sakit menggigit, menggerogoti kekuatan dan kegesitan kita, barulah kita tersadar. Beruntung bila kita sadar sebelum terlambat. Celakalah bila saat kita sadar, harta kita telah habis untuk berobat. Belum lagi bila pasangan hidup atau keturunan kita mengabaikan bahkan meninggalkan kita. Na’udzu billahi min dzalik..

Saudaraku, selagi masih sehat, atau kalaupun sakit masih sempat taubat dan sehat kembali, maka marilah kita sadari betapa mahalnya harga dan nilai kesehatan kita. Mari kita syukuri, karena SEHAT bukanlah terjadi begitu saja, melainkan anugerah luar biasa dari Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pernahkah Anda mendengar kisah tentang seorang pilot yang terkena kanker pharinx. Dia sangat peduli dengan kesehatan, sehingga menjaga benar makanan dan pola hidupnya. Makan makanan sehat. Rajin berolahraga. Sampai suatu ketika ternyata divonis kanker dan oleh dokter diberitahu umurnya tinggal sekitar enam bulan lagi.

Atas kejadian ini, dia merasa Tuhan tidak adil. Dia merasa sudah berusaha menjaga dan menerapkan pola hidup sehat, namun kenapa justru kanker ini menghampirinya. Hatinya berontak dan tidak menerima kenyataan ini.

  
HAKIKAT SAKIT

Bila suatu saat sakit mendatangi kita, apakah itu PASTI disebabkan oleh salah dan dosa kita? Dalam keseharian, biasanya kita menggunakan hukum SEBAB-AKIBAT. Kalau kita sakit, maka kita akan berusaha mencari penyebabnya. Demikian juga dokter yang memeriksa penyakit kita.

Ketika kita berkunjung ke dokter karena sakit perut, mungkin kita akan ditanya, “Kemarin atau tadi, makan atau minum apa?” Kita pun kemudian akan mengingat-ingat apa “kesalahan” kita yang menyebabkan kita sakit perut itu. Begitu pun bila kita menderita penyakit lain.

Tidak ada salahnya kita atau dokter bersikap demikian, karena memang hidup adalah rangkaian sebab-akibat. Tapi kita juga harus menyadari bahwa hal tersebut tidak seratus persen benar. Ada hal lain di luar hukum sebab-akibat.

Buktinya? Renungkanlah apa yang dikalamkan oleh Allah SWT tentang sakit, “Ketika Aku sayang dengan hamba-Ku dan Aku rindu dengan rintihan hamba-Ku, maka Aku datangkan sakit kepada hamba-Ku itu..” Nah, bila kita percaya dan yakin terhadap apa yang disampaikan Allah SWT dalam hadits qudsi itu, maka kita pun harus percaya dan yakin bahwa sakit kita belum tentu karena salah atau dosa kita, tetapi justru merupakan salah satu wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Karena sakit adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah, maka tenangkanlah diri kita. Tundukkan diri kita. Lalu HADIR-kan diri kita di hadapan Allah SWT. Dialah Yang Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Mintalah “tahu” atau petunjuk kepada Yang Maha Mengetahui. Insya Allah, DIA akan memberitahu kita.

Ketika kita menyadari bahwa SAKIT adalah wujud kasih sayang Allah SWT, maka dekatkanlah diri Anda kepada-Nya. Sadari kekeliruan atau kelalaian Anda selama ini, lalu istighfar-lah. Kalau Anda juga tidak menemukan kekeliruan Anda, ber-istighfar-lah.

Boleh jadi Anda memang tidak keliru, melainkan hanya lalai dan terlena oleh pesona dunia, sehingga melupakan DIA, Allah SWT, Yang Begitu Menyayangi dan Maha Mengasihi Anda. Allah SWT merindukan asma-Nya disebut oleh Anda, hamba yang dikasihi-Nya. Sayangnya, Anda sering lupa
mengingat-Nya.

Renungkanlah... Sadarilah.. Ingat-ingatlah.. Seberapa sering Anda mengingat Allah dalam kehidupan Anda? Terutama pada saat Anda sedang sibuk dengan pekerjaan Anda? Juga saat asyik dengan kesenangan duniawi Anda? Lalu saat Anda begitu bahagia dengan kesuksesan dunia Anda?

Tidakkah Anda sadari betapa Allah ingin diingat, dikenang serta disebut nama-Nya oleh Anda, hamba-Nya yang amat dicintai-Nya. Anda, hamba-Nya yang telah diberi-Nya kesehatan, keni’matan, kepandaian, keterampilan, dan berbagai fasilitas yang Anda perlukan untuk SUKSES...
Ingatkah Anda pada-Nya?

Tahukah dan ingatkah Anda, bahwa Allah SWT pernah berkalam dalam hadits qudsi yang lain, “Bila hamba-Ku mengingat-Ku dalam keadaan lapang dan senang, maka Aku akan mengingatnya, menolongnya dan menyayanginya dalam keadaan sempit dan sulit..” Resapilah dan rasakanlah betapa besar kasih sayang-Nya kepada kita semua, dan sadarilah betapa lalai dan kurang ajarnya diri kita yang melupakan segala kebaikan-Nya.

Dengan segala keterlenaan dan keterpesonaan kita terhadap ni’mat duniawi yang sudah kita alami, apakah kita begitu berat untuk ber-istighfar?
Sementara Rasulullah SAW, hamba terbaik-Nya yang terjaga dari salah dan dosa, tak kurang ber-istighfar seratus kali dalam sehari? Sungguh Allah ingin namanya disebut dalam sempit maupun lapang. Dalam sulit maupun senang.

‘Ala bidzikrillahi tathma’inul qulub. Hanya dengan mengingat Allah, maka hatimu akan tenang. Dan Allah amat senang namanya dikenang oleh hamba-Nya.

Bila kita hanya ingat Allah pada saat sulit menghimpit, sempit menjepit, dan sakit menggigit, apakah kita akan menyalahkan Allah, ketika bencana dan musibah mendatangi kita? Bukankah amat logis dan masuk akal bila kita mengenang Allah saat tenang, menang, senang dan lapang, maka Allah dengan suka hati, menambah dan memperbanyak kondisi tenang, menang, senang dan lapang.

Agar lebih memahami hakikat SAKIT, maka mari kita terjemahkan ke dalam bahasa angka. S.A.K.I.T. = 19.1.11.9.20. Tidakkah Anda melihat sesuatu yang luar biasa di sini. Bila Anda jumlahkan 19+1 = 20. 11+9 = 20 dan terakhir angka 20 itu sendiri. Tiga kali 20 = 60. Dan surat Al Quran ke-60 adalah surat Al Mumtahanah (Yang Diuji). Subhanallah...

SAKIT = UJIAN. Bagaimana caranya agar lulus UJIAN? Lihatlah munculnya tiga kali angka 20 (huruf T). Tidakkah ini berarti rumus Anda untuk lulus  UJIAN? Dapatkah kita maknai bahwa tiga kali huruf T adalah Taubat + Taqwa + Tawakkal?

SAKIT = SAdarlah KITa..
SAKIT = Sadarilah Allah Kasihi Insannya Tanpabatas Tiapketika Tanpatapi
Tanpakecuali.
Wallahu a’lam bish-shawab...
  

HAKIKAT SEMBUH

Apakah sembuh terjadi karena hebatnya dokter yang Anda datangi atau obat yang Anda konsumsi? Apakah sembuh terjadi karena dosa dan salah Anda telah diampuni? Bila kita telah paham bahwa pada hakikatnya sakit maupun sehat merupakan kehendak dan wujud kasih sayang Allah, maka kita tentu paham pula bahwa hakikat sembuh pun tak lepas dari kehendak dan kasih sayang Allah kepada kita, hamba-Nya yang beriman.
Dengan pemahaman dan keimanan seperti itu, maka menyatakan dokter atau obat sebagai penyembuh (bukan Allah SWT) merupakan sebuah kekufuran (keterhijaban, ketertutupan). Kenapa terhijab? Karena berarti kita mengabaikan keberadaan Allah, apalagi peran serta-Nya dari awal proses sakit, proses penyembuhan dan hingga didapat kondisi sehat. Allah Yang Maha Ghaib berada di balik semua itu. Hanya orang beriman yang mampu melihat dan menyadari hal tersebut.
Jadi, inti dari kekuatan SHAD (Solusi Herbal Ahad-net Dahsyat) adalah kekuatan, kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Sadarlah bahwa Allah berada di balik semua ini. Ketika kita sakit, sadarilah untuk datang dan mendekatkan diri kita kepada Allah. Ketika ada pasien yang sakit datang kepada kita, maka sadarkanlah pasien tersebut untuk mengingat Allah dengan istighfar dan doa kepada Allah SWT.
Bila kita terjemahkan ke dalam bahasa angka, S.E.M.B.U.H. = 19.5.13.2.21.9. = 68. Surat Al Quran ke-68 adalah surat Al Qalam (PENGETAHUAN). Jadi hakikatnya untuk SEMBUH perlu ILMU. Siapakah yang memiliki ILMU? Tentu ALLAH..!!! Dan Allah berjanji: “Bacalah dengan asma Rabb-mu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,  dan Rabb-mu yang paling mulia. Yang mengajari manusia dengan Al Qalam. Mengajari manusia tentang apa-apa yang tidak diketahuinya...” (QS Al Alaq 96:1-5)
Jadi proses sembuh sebenarnya sangat sederhana. Dapatkan ridha Allah, maka sembuh akan Anda peroleh. Bahkan terkadang TOBAT (taubat) lebih mujarab dibandingkan dengan OBAT. Namun banyak orang kufur terhadap hal ini. Hanya orang beriman dapat menyadari hal ini.
Lalu, apakah ketika sembuh berarti dosa kita sudah diampuni oleh Allah? Belum tentu. Berikut ini dapat Anda ikuti sebuah kisah hikmah. Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana dan sangat baik kepada rakyatnya. Suatu saat sang raja menderita sakit yang sulit disembuhkan. Kemudian diumumkanlah sayembara untuk mencari tabib yang dapat menyembuhkan sang raja. Akhirnya ada seorang tabib terkenal yang memberikan saran untuk mencari sejenis buah untuk obat. Kebetulan saat itu seharusnya sudah tiba musim buah tersebut. Tetapi ternyata buah itu tidak ditemukan, hingga sang raja tak tertolong dan wafat. Sementara itu di tempat lain, ada kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang zhalim dan bengis. Rakyat sangat membencinya. Singkat cerita raja ini pun menderita sakit yang sulit disembuhkan, hingga diadakan sayembara serupa. Ternyata, ada seorang tabib yang menyarankan sejenis ikan untuk obat. Saat itu, sebenarnya bukan musim di mana ikan tersebut dapat ditemukan. Tapi ponggawa kerajaan tetap mencari dan ternyata ikan yang seharusnya sulit, itu malah mudah didapat dan sang raja zhalim pun sembuh.

Lalu terjadilah percakapan dua malaikat. Malaikat pertama bertanya kepada temannya, “Mengapa kita disuruh menyembunyikan buah yang seharusnya dapat menjadi obat bagi raja yang baik itu ya? Sementara ikan yang seharusnya belum musimnya, justru harus kita jadikan mudah untuk dijadikan obat raja yang zhalim?”
Malaikat kedua menjawab: “Allah memberitahuku, bahwa raja yang baik itu pernah berbuat dosa di dunia, hingga Allah menghukum-nya agar dosanya gugur dan di akhirat dia meraih surga.” “Lalu?” Malaikat pertama bertanya lagi. Malaikat kedua pun melanjutkan, “Lalu kata Allah, raja yang zhalim itu suatu saat pernah berbuat kebaikan, maka Aku membalas kebaikannya di dunia ini juga, sehingga di akhirat kelak, Aku tinggal menyiksanya di neraka...” Malaikat pertama pun paham.
Dapatkah Anda memetik hikmah dari kisah di atas? Ketika telah melakukan dosa dan belum dihukum oleh Allah di dunia ini, jangan bergembira dan menyombongkan diri, “Buktinya aku dan keluarga sehat, berarti aku tidak terbukti bersalah..” Padahal banyak saksi dan bukti atas keburukan perbuatannya. Ingatlah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui perbuatan kita. Manusia dan pengadilan dunia mungkin dapat kita hindari, tapi pengadilan Allah sangat adil. Sebesar atom atau bahkan yang lebih kecil dari kebaikan dan keburukan amal kita, Allah Maha Tahu.
Sebaliknya kita pun jangan berputus asa bila kebaikan kita belum berbuah rizqi dan terkabulnya doa. Boleh jadi Allah tunda untuk menghapuskan dan menggugurkan dosa dan salah kita. Sehat dan sembuh belum tentu berarti dosa kita diampuni. Sakit dan sulit belum tentu dosa kita bertumpuk.
Bertanyalah kepada-Nya, dan Allah akan memberitahu Anda jawabannya. Jadikanlah istighfar dan hamdalah sebagai kombinasi terbaik senjata kita menghadapi berbagai ujian Allah SWT dengan menjadikan diri kita seorang yang pandai bershabar sekaligus terampil bersyukur. Insya Allah, kita akan selalu lulus dan naik kelas dalam melampaui ujian-ujian yang kita hadapi.
Semoga.

Wallahu a’lam bish-shawab...

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. TOKO HERBAL SHAD - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger